Sunday, 31 January 2010

Salah faham dalam pembawakan dakwah

Dakwah dengan Islam sememangnya tidak dapat dipisahkan bak kata pepatah seperti laut dan pantai. Bahkan, dakwahlah yang menjana kekuatan kepada umat Islam. Sunnah inilah yang memberi kekuatan kepada Mus’ab bin Umair untuk ke Madinah mengajak jiwa-jiwa Yathrib tunduk kepada Allah yang satu. Maka dari situ terbinalah sebuah Negara kecil Madinah yang mampu menggerunkan empayar raksasa Rom ketika perang Tabuk. MasyaAllah, indahnya dakwah. Sunnah Rasulullah yang menjadi kekuatan kepada setiap jiwa Islam. Namun, apalah ertinya sebuah sunnah jika pembawakannya kurang tepat. Apalah ertinya dakwah itu sekiranya pembawakannya tidak syumul. Oleh itu, adalah perlu bagi setiap jiwa yang bergerak untuk menyedari akan dimanakah hala tuju dakwah yang sebenar.

Apalah ertinya sebuah aksi,

Jika niatnya tidak menjadikan Allah sebagai tujuan utama.

Tidak dinafikan ramai yang bergerak di dalam medan dakwah ini dengan pelbagai bakat dan keupayaan masing-masing. Ada yang sangat hebat dari segi pertuturan, ada pula yang sangat hebat dari segi penulisan. Sepertinya masing-masing mempunyai bahagian masing-masing yang sangat aplikasi untuk dimanfaatkan ke dalam dakwah ini. Maka, terhasillah figura-figura yang hebat di mata masyarakat. Namun, apalah ertinya menjadi figura yang hebat di mata masyarakat jika tiada nilai disisi Allah. Samalah sepertinya debu-debu yang berterbangan. Tiada hasil langsung untuk dijadikan bekalan di hari akhirat kelak. Dalam ertikata yang lain, kesilapan utama para daie dalam pembawakan dakwah adalah tidak bertujuankan kepada Allah Subhanahu Wataala. Sedangkan, niatlah yang menjadi bateri kepada robot-robot dakwah untuk terus meluncur laju di medan ini. Dengan niat yang ikhlah, lahirlah insan-insan seperti Syed Qutb dan Syeikh Ahmad Yasin yang tidak gentar untuk menerima ajal kerana cintanya kepada tidak lain hanyalah Allah.

Kesilapan yang kedua dalam penerimaan dakwah adalah dakwah yang dilandaskan hanyalah pada bahagian ideologi gerakan semata-mata, tetapi tidak diambil atau kurang ditekankan pada bahagian tarbiyah dzatiyah. Kaedah pembawakan dakwah sangat mantap. Secara amnya, seseorang perlu bergerak mengumpul orang-orang untuk bersatu dibawah satu payung. Namun, apalah ertinya sekiranya jiwa-jiwa ini berkumpul tetapi sekadar berkumpul. Tanpa satu arah tuju yang jelas. Tanpa kenal matlamat. Dan yang paling menyedihkan, apalah ertinya beria-ia mencari mad’u-mad’u jika gagal menyalurkan tarbiyah dzatiyah kepada mad’u. Dari sudut positifnya, mad’u akan lebih rasa bergerak dan bersemangat untuk mencambahkan dakwah mereka. Namun dari sudut positifnya, dakwah itu gagal membentuk hati yang tunduk dak patuh kepada Allah. Yang diwariskan dari satu “batch” ke “batch” yang lain hanyalah kaedah pembawakan dakwah itu semata-mata. Tetapi tidak dari segi tarbiyah dzatiyah. Kemungkinan negatif yang boleh berlaku adalah dari segi mutabaah amal yang akan jatuh merudum. Kesan akhirnya, berlakulah ketidakseimbangan dalam dakwah itu sendiri.

Kesilapan lain dalam pembawakan dakwah adalah da’ie2 bergerak hanya sekadar untuk mengumpul pengikut. Perbuatan ini tidak ubah seperti pembinaan kelab-kelab atau persatuan-persatuan lain yang tidak punya kekuatan. Ya, punya kekuatan jasmani dan fizikal. Tapi tidak dan jauh sekali kekuatan rohani yang mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kata lain, badan yang bergerak atas nama dakwah itu tidak ubah seperti kelab-kelab sukan atau badan-badan beruniform yang lain. Sedangkan semua tahu, bahawa hala tuju dakwah dan badan yang bergerak atas nama dakwah itu adalah untuk mengajak jiwa-jiwa yang berikat bersamanya mencintai Allah. Dengan mengharapkan kesan akhirnya seperti mana tertubuhnya sebuah empayar Abbasiyah. Lahirnya jiwa-jiwa seperti Salahuddin Ayubi dan Sultan Sulaiman Al-Qutuz. Namun, jika badan-badan dakwah itu sendiri bergerak hanya di peringkat untuk mengumpul manusia namun tidak membentuk, cita-cita untuk melihat dunia ini disinari Islam hanya tinggal angan-angan.

Sesetengah individu menganggap dakwah itu sebagai hobi semata-mata. Dari satu aspek, perkara ini agak positif kerana jika dibandingkan dengan melakukan perkara-perkara yang tidak mendatangkan hasil seperti mengumpul setem atau bermain bola sambil mendedahkan aurat, ada baiknya dakwah. Namun, sunnah Rasulullah bukanlah sekadar hobi untuk mengisi masa lapang semata-mata. Ianya adalah satu jalan hidup bagi setiap yang bergelar Islam. Satu kesan negative yang perlu diambil kira sekiranya bergerak di atas landasan dakwah hanya sekadar hobi adalah keberlangsungan untuk tsabat dijalan dakwah. Menjadikan dakwah sebagai satu perkara sampingan hanyalah akan menyebabkan individu itu mudah tewas dan tidak kekal di jalan dakwah. Akhirnya, dakwah yang dibawa tidak kemana.

Banyak lagi salah faham lain yang tidak saya uraikan disini. Cukuplah perkara ini menjadi perhatian kita dan sama-sama kita perbetulkan dari masa ke semasa. Secara kesimpulannya, dakwah itu adalah satu kekuatan dan kekuatan itu datangnya dari hati-hati yang memuja Allah. Maka, agak perlu dakwah itu difahami dengan betul dan syumul, bukan dari satu aspek sahaja bagi memastikan keseimbangan dan keberlangsungan tarbiyah.

Allahu ghoyatuna,

Arrosulu qudwatuna,

AlQur’an dusturuna,

Aljihadu sabiluna,

Al-mautufisabilillah asma amanina.

p/s sila-silalah bagi pendapat antum ye... saya budak baru belajar....

Tuesday, 19 January 2010

Pelatih Mesir: Standar Pemain Kami Harus Taat Kepada Allah


Pelatih tim nasional Mesir Hassan Syihata mengkonfirmasikan bahwa mereka akan memilih pemain berdasarkan etika perilaku dan ketaatannya kepada Allah, dan tanpa perilaku yang baik meskipun berpotensi maka tidak akan diikut sertakan sebagai pemain pada tim nasional.

Syihata mengatakan: "Saya selalu mencoba mencari orang yang akan diberi kaos pemain tim Mesir berdasarkan perilaku dan ketaatannya terhadap Tuhan mereka."

Dia mengomentari keberhasilan tim sepak bola Mesir yang dapat mengkombinasikan pemain baru dalam satu tim sehingga bisa mengalahkan Nigeria dengan tiga gol pada Piala Afrika, dan berkata: "Hari ini membuktikan kebenaran kata saya, ketika saya memilih pemain yang berakhlak baik."

Sebagai contoh, Muhammad Zidan, striker Mesir yang juga bermain untuk Borussia Dortmund Jerman, Syihata berkata: "Muhammad Zidan sebelumnya tidak sholat, saya kurang suka dengan akhlaknya dan ia menjauh dari kami, namun ketika saya bertemu dia sebelum melawan Brazil di Piala Konfederasi, saya kemudian membujuk dia untuk sholat dan saya jelaskan tentang sholat kepadanya - karena hal tersebut sesuatu yang penting bagi umat Islam, dan sejak hari ini ia melaksanakan sholat secara teratur.

Sedangkan anggota tim sepak bola Mesir yang lain selalu melaksanakan sholat pada waktunya, bahkan jika mereka sedang dalam latihan, mereka berkumpul di lapangan atau diruang ganti untuk melaksanakan sholat berjamaah dan setelah itu kembali berlatih lagi.

Nuansa relijius dalam diri para pemain bola Mesir tidak terlepas dari banyaknya pengaruh pemain bintang Tim Mesir - Muhammad Abu Trika dalam hal tata krama kesopanan sewaktu berinteraksi dengan seluruh pemain, Trika selalu menjaga sholat subuhnya dan memberikan kesadaran kepada para pemain dalam tim di kamp pelatihan untuk selalu melaksanakan perintah agama yang wajib seperti sholat dan tidak lupa membaca Al-Quran.

Salah satu trade mark dari permainanan bola Abu Trika adalah apabila ia dapat mencetak gol maka ia akan segera bersujud syukur.

Hal ini juga yang dilakukan oleh Abu Trika sewaktu bertanding melawan tim nasional Kongo pada bulan September 2008 yang lalu di stadion nasional di ibukota Kongo, Kinshasa.

Aksi diluar kebiasaan para pemain bola tersebut, telah menyebabkan Mufti Kongo Syaikh Abdullah Mangala Luaba memberikan komentar positif, ia sangat bahagia dan senang melihat aksi sujud syukur Trika setelah mencetak gol.

Mufti Kongo tersebut menyatakan bahwa sujud syukur yang dilakukan oleh Abu Trika lah salah satu penyebab banyaknya warga Kongo yang masuk Islam. Subhanallah. .

Mufti Kongo mengatakan: "Dampak sujud Abu Trika dan rekan-rekan tim nya sebagai wujud syukur kepada Allah setiap kali mencetak gol selama pertandingan grup dengan tim-tim Afrika vs Mesir telah menyebabkan keingintahuan banyak penggemar sepak bola di negara kami, apa maksud dari sujud tersebut."

Dia menambahkan: "Didorong rasa ingin tahu, mereka datang kepada kami dan meminta kami menjelaskan mengapa hal ini dilakukan oleh tim Mesir dengan bersujud sewaktu selesai mencetak gol, kami jelaskan kepada mereka bahwa itulah sujud syukur kepada Allah Yang Maha Esa agar para pemain selalu mendapat berkat dan rahmat, dan Islam mengajurkan hal itu, mereka akhirnya banyak bertanya tentang Islam dan Syariah, dan kami jelaskan hal itu semua kepada mereka sehingga banyak dari mereka akhirnya menerima Islam dan masuk Islam."(fq/imo

Thursday, 7 January 2010

Baitul Muslim kalangan daie

Bait el muslim di kalangan para daie


Assalamualaikum w.b.t.


Seperti yang anda sedia maklum saya mendapat banyak permintaan untuk membuat satu artikel tentang baitul muslim. Terutamanya dari kalangan sahabat-sahabat di Malaysia (nak sebut uni mana ke, xyah kan??? Huhuhu~). Jadi, tidak manis rasanya jika idea yang ada tidak dicurahkan serba sedikit di blog saya agar dapat dikritikkan oleh sahabat dan rakan sekalian.


Untuk set up mood setiap orang, saya mulakan dengan ayat Qur’an ini.


“Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. (Ar-Rum 21)


Untuk entry kali ini, cukuplah saya menerangkan kenapa perlunya kita berkahwin.


:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Seperti yang kalian semua ketahui perkahwinan bagi para daie bukanlah seperti perkahwinan pasangan-pasangan biasa. Mungkin saban hari kita mendengar sahabat-sahabat kita, rakan-rakan kita mahupun sesiapa sahaja di luar sana melangsungkan perkahwinan. Perkahwinan yang dijalankan atas dasar suka sama suka, seperti romeo dan Juliet, laila dan majnun. Saya tidak berani komen lebih tentang perkara ini, biarlah Allah mengadili segala-galanya. Tetapi tidak bagi para daie. Perkahwinan bagi mereka adalah perkahwinan atas dasar cinta pada Tuhan yang satu dan bermisikan membentuk satu generasi rabbani. Generasi ini saya gelarkan generasi Salahuddin. Tentang generasi ini akan saya jelaskan dengan lebih lanjut dalam topik seterusnya(tapi bukan pada entry ini). Sekarang ini saya akan menjawab persoalan mengapa perlunya para daie berkahwin.


Tidak ada yang lebih tinggi nilai sesuatu perkara itu melainkan ianya disertakan dengan niat kerana Allah Taala. Adalah penting untuk para daie meletakkan “mind set” berkahwin kerana Allah Taala. Dengan niat yang suci maka akan terwujudlah satu suasana islami dalam rumah tangga antara ikhwah dan akhawat. Malah, niat ini jugalah yang akan mengekalkan ikhwah akhawat teguh di jalan Allah. Terus berjuang bersama-sama sebagai pahlawan dan srikandi. Sepertimana Rasulullah dan Khatijah.


Sungguhpun berjiwa besi yang bisa dihujani berjuta peluru namun para daie tidak terkecuali dengan tanggungjawab fardhi. Seperti yang diketahui, berkahwin adalah sunnah Rasulullah yang menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam yang mampu. Rasulullah SAW pernah mengingatkan sesiapa yang berkemampuan tetapi enggan untuk berkahwin melalui sabdanya, "Kamu berkata begitu, ingatlah demi Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling taqwa kepada-Nya, tetapi aku berpuasa dan kadangkala tidak berpuasa; aku sembahyang dan aku tidur; dan juga kahwin dengan perempuan. Barangsiapa tidak suka dengan sunnahku, dia bukanlah pengikutku". Maka di sini, tidak ada alasan untuk para daie berkata tidak dengan sunnah Rasulullah.


Isteriku adalah dakwahku,


Pernyataan diatas merujuk kepada keperluan bagi para daie menjadikan perkahwinan sebagai satu dakwah. Ramai di kalangan para daie yang salah faham tentang beban perkahwinan. Ada yang menganggap berkahwin sebagai beban kerana boleh menghilangkan focus mereka dari kerja dakwah. Ada juga yang menganggap perkahwinan sebagai perkara kedua terpenting selepas dakwah. Perkara-perkara seperti inilah yang boleh menyebabkan pincangnya rumah tangga mereka. Tidak hairanlah kalau ada yang bercerai semata-mata kerana ubat gigi. Bahkan ada yang berpegang kepada prinsip ,”kau adalah isteri keduaku, kerana dakwah adalah isteri pertamaku”. Bagi saya (setelah diajar oleh seorang abang yang disayangi),” better be ,”kau adalah isteriku, dan kau jua dakwah ku....” Pernyataan ini lebih bermakna~


Di dalam melangkah ke arah maratib amal yang ketiga, iaitu masyarakat muslim, agak menjadi satu keperluan untuk para daie berumah tangga agar dapat masuk kepada masyarakat sekeliling. Dari segi pergaulan, agak senang untuk daie mengawal kedua-dua ikhwah akhawat dalam satu program umum berbentuk kemasyarakatan apabila sudah menikah berbanding belum menikah. Dari segi menjaga tarbiyah di satu kawasan pula, adalah lebih manis jika dijaga oleh suami isteri. Ini kerana, dari segi perlaksanaan usrah ikhwah akhawat dan perlaksanaan daurah lebih senang dijalankan. Pertukaran dan perkongsian maklumat ikhwah akhawat lebih senang diuruskan, hanya di sebelah katil sahaja.


“Misi menyelamat dunia

Berkahwin juga merupakan satu tugas bagi para daie. Tugas menyelamatkan pihak baju kurung! Mungkin timbul satu persoalan, kenapa gunakan perkataan menyelamat daripada menikahi. Ya, menyelamat! Menyelamat mereka daripada dinikahi oleh baju melayu yang tidak memahami dakwah dan kepentingan dakwah dalam hidup. Menyelamat mereka agar dakwah mereka dapat terus maju kedepan. Terus meluncur ke akhir hayat. Dan ingat wahai daie sekalian. Berkahwin dengan mereka, bukan sahaja kamu menyelamatkan mereka, tetapi mereka juga telah menyelamatkan kamu.


Gunung tinggi kau daki,

Lautan dalam kau selami,

Kawah berapi kau redahi,

Namun kau tetap punya ciri manusiawi.


Daie juga insan biasa. Tidak terlepas dengan tipu daya hawa nafsu manusiawi. Tidak sekali-kali maksum dari dosa dan perbuatan. Tidak hairanlah Allah berpesan kepada kaum mukmin untuk memelihara pandangan serta kemaluan. Kerana sang Pencipta alam ini tahu akan titik kelemahan makhluk ciptaanNya ini. Dia tahu akan setiap isi tersurat dan tersirat di hati dan sanubari manusia. Maka agak perlu bagi para daie memelihara dirinya agar tidak terjebak ke lubang maksiat.


Setakat ini sahaja yang dapat saya senaraikan buat kali ini. Mungkin banyak lagi sebab bagi perlunya para daie berumah tangga. Namun sebab-sebab yang saya senaraikan ini saya fikir merupakan sebab yang terutama bagi mereka mendirikan rumah tangga. J


Selamat berumahtangga.. :)


Tuesday, 5 January 2010

Manusia dan alam

Hidup bagaikan pentas opera,
Tirai hidup dibuka,
Cerita pun bermula.

Kebenaran ada dimana sahaja~~~

Hmmm, benar. Bahkan kebenaran senantiasa ada. Di sekeliling manusia. Di atas, bawah depan mahupun belakang. Kebenaran sentiasa mengekori manusia. Tidak pernah sesekalipun jauh dari insan. Kebenaran jualah yang membisik hati manusia agar tidak alpa ke lembah kekufuran.

Di atas terbentangnya langit biru yang indah. Langit yang kelihatan nun jauh disana. Langit yang tidak tercapai dek tangan yang kerdil. Tergantung pula awan yang berat. Hmmm... aneh, bagaimana boleh tergantung tanpa tali. Dikala musim sejuk, kelihatan salji yang memutih-mutih bak kapas berguguran dari langit biru. Wa~ Sungguh indah. Sesuatu yang menarik dengan salji. Apabila diambil gambar dengan camera flash, ia kelihatan bercahaya. Sangat indah. Bahkan seperti kelip-kelip gergasi yang terapung-apung. Sejuk, sangat sejuk. Tetapi menceriakan hati anak muda yang bermain sambil dihiasi kelip gergasi ini.

Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Di bawah telapak kaki ini tersirat satu keajaiban yang sangat persona. Dulu saya seringkali mengutarakan soalan kepada cikgu sains,” Kalaulah konsep graviti sama dengan magnet, kenapa magnet hanya tarik besi sedangkan graviti tarik semua benda.” Sedang semua insan berjalan-jalan berkejaran di atas muka bumi, tidak adakah yang berfikir bagaimana terhasilnya konsep graviti? Berdasarkan teori Newton, graviti terhasil apabila wujud dua atau lebih jisim yang menghasilkan daya tarikan. Disebabkan bumi mempunyai jisim yang lebih besar daripada manusia maka wujud daya tarikan yang sama antara manusia dan bumi. Dan daya inilah yang membolehkan manusia berjalan menerokai alam di atas muka bumi ini. (Explaination lebih, check Enstein punya theory, malas nak citer) Wa~ sungguh indah. Ghaib, tetapi ia ada disitu.

Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Di depan dan di belakang kita terbentang alam yang indah. Pokok-pokok terpacak teguh, membentuk suatu pemandangan yang indah. Dengan daun yang menghijau memenuhi segenap pucuknya. Rumpun-rumput pula ibarat tikar yang membaluti tanah. Agar menjadi santapan sang biri-biri. Di sungai mengalir air dari muara ke laut. Bahkan terkandung seribu satu kehidupan di dalamnya. Seperti ikan, udang dan rumpai laut yang membentuk satu lagi kerajaan bawah laut. Adanya “rakyat-rakyat” seperti ikan-ikan kecil yang menjadi mangsa tirani paus dan jerung.

Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

MasyaAllah. Sungguh, dunia ini dipenuhi oleh kebenaran dan tanda-tanda kewujudanNya. Tidak mampu disangkal lagi, indahnya bumi ini oleh pemandangan dan ciptaan Ilahi mesti ada sang Pencipta yang sangat hebat. SubhanAllah.

Namun ada lagi yang curang. Ada lagi yang berpaling muka. Ada lagi yang membutakan mata dikala terbentangnya gunung ganang yang besar menandakan hebatnya Allah. Ada lagi yang memekakkan telinga ketika seramnya dentuman salakan guruh melambangkan besarnya keagungan Ilahi. Ada jua yang tidak memahami dengan hati ketika Allah hadiahkan setiap insan jiwa dan perasaan terhadap segala sesuatu. Suka, duka, tawa dan tangis... Segala ibarat roda dalam kehidupan manusia. Ada suka beriring duka. Ada tawa bergulir tangis. Kehidupan hamba-hamba dalam meraih misi masing-masing.

Dan sungguh, akan Kami isikan neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk melihat, mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka seperti haiwan ternak, bahkan lebih teruk lagi.

MasyaAllah, jauhi kami dari golongan ini.